Ke Bali? Bosen ngga sih bagi saya yang sudah dua kali ke Pulau Dewata. Apalagi suami yang berkali-kali ke Bali dalam rangka liputan maupun outing kantor.
Tetapi, saat depresiasi rupiah terus-menerus berlangsung, wisata domestik menjadi pilihan utama. Dollar Singapore udah 10 ribu rupiah aja per SGD! Apalagi HKD, pupus sudah impian mau berkunjung ke Disneyland Hong Kong pada tahun ini.
Kami harus berhemat dan memilih tujuan berlibur yang masih terjangkau dan tidak terbebani selisih kurs yang tinggi. Jadilah kami memilih Bali, booking hotel dan penerbangan sejak April, menghabiskan dana sekitar Rp4,5 juta untuk tiket PP AirAsia untuk dua orang dan 4D3N di favehotel Kuta Square.
Kali ini, kami mengeksplor Bali sebelah timur yang memiliki beberapa tujuan wisata. Bosen ngga sih ke Tanah Lot, Uluwatu nonton kecak, Pura Ulundanu, Dreamland, dll? Makanya saya memilih Bali Timur yang belum, kayaknya sih ya, dikunjungi wisatawan.
First stop, kami bertandang ke Kabupaten Klungkung. Bersama Bapak Ngurah, driver yang mengantar kami berwisata, kami mencapai Klungkung dalam 1,5 jam. Apa yang kami temui di kabupaten ini? Kerta Gosa, komplek kerajaan Klungkung, yang memiliki desain arsitektur yang menarik.
Kerta Gosa terdiri dari dua bale, Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang. Bale Kerta Gosa berupa bangunan tinggi dengan ukiran dan lukisan di langit-langitnya, serta terdapat kursi dan meja tempat perundingan keadilan.
Adapun, Bale Kambang terletak mengapung di atas kolam yang dipenuhi teratai. Bale Kambang ini yang membuat kompleks kerajaan ini terlihat cantik dan menawan.
Selain itu, ada Museum Semarajaya di lokasi yang sama. Museum ini memamerkan koleksi sejarah terkait Kerajaan Klungkung. Cukup menarik untuk diintip sambil mendengar musik khas Bali.
HTM: Rp12.000 (dewasa)
Selanjutnya kami menuju Pura Goa Lawah, Pasinggahan, Kab Klungkung. Bali memang punya banyak pura tetapi hanya pura ini yang diinapi kelelawar. Pura ini terletak di sebuah gua yang dipenuhi oleh kelelawar. Kebetulan pada Senin (1/6) lalu, umat Hindu di Bali tengah berdoa untuk malam Purnama sehingga mereka sembahyang di pura tersebut.
Pengunjung wajib memakai sarung yang disewa di loket tiket. Ada juga jasa pemandu dengan tarif sukarela. Pergerakan pengunjung juga dibatasi, tidak boleh masuk ke dalam gua hanya di area luar. Tetapi, kelelawar penghuni gua terlihat dengan jelas.
Di seberang Pura Goa Lawah, terdapat pura di tepi pantai. Pantainya bisa dikunjungi tetapi terkesan biasa saja dibandingkan dengan Pantai Dreamland. Mirip pantai Kuta dengan pasir hitam. Malah pantainya terkesan kotor karena sesajen ditaburkan di sana.
HTM: Rp10.000 (dewasa, termasuk sewa kain sarung)
Setelah Pura Goa Lawah, kami menuju ke Desa Tenganan, Manggis, Kabupaten Karangasem. Desa ini disebut sebagai desa Bali asli, didiami oleh penduduk asli Bali dengan tradisi yang diwariskan turun-temurun. Desa Tenganan akhirnya menjadi tujuan wisata yang menarik minat wisman.
Saat kami ke sana, suasana desa cenderung sepi karena tidak ada atraksi, seperti yang terpampang di spanduk pintu masuk. Mana cuaca terik bener dan tidak ada pepohonan rindang. Warga desa juga tidak tampak, mungkin memilih ngadem di dalam rumah.
Di beberapa rumah warga, terdapat meja yang berisi pajangan telur yang sudah dihias dan ukiran di bilahan bambu. Ada juga yang menawarkan kain double ikat atau kain khas Tenganan, yakni kain gringsing.
Desa Tenganan menanjak ke atas, berundak-undak dengan tanjakan beralas bebatuan. Siap-siap pegel dan ngos-ngosan. Di tengah jalan desa, ada satu bangunan kayu menarik mirip kincir. Eh ternyata itu adalah ayunan, bukan pajangan hiasan desa. Ekstrim bener, lihat aja gambar di bawah ini.
HTM: bayar seikhlasnya
No comments:
Post a Comment
Halo, terima kasih sudah mampir dan membaca. Silakan tinggalkan komentar pada kolom comment di bawah. Mohon maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus.