Sejak kapan rutin bawa bekal makanan ke kantor? Sejak menikah. Saya menulis post ini karena terinspirasi postingan teman saya Icha di sini.
Saya akui ketika itu motivasi menyiapkan bekal untuk suami sebagai wujud rasa sayang seorang istri (newlywed) dan membuktikan bahwa saya mau kok berpanas-panas dan berkeringat di dapur.
Suami saya pun juga diledek oleh rekan sekantor. Maklum pengantin baru, biasanya nanti-nanti juga nggak akan dibekali lagi. Begitu kata cowok-cowok yang notabene sudah menikah juga. Curcol bener, mas?
Tetapi, saya bertekad membuktikan ledekan mereka salah besar. Hingga kini, setelah 2,5 tahun menikah, saya masih rutin membuatkan bekal makan siang dan sarapan untuk suami dan diri saya sendiri.
Berawal dari rasa sayang, bekal makan siang itu seolah sudah jadi bagian dalam keseharian. Dengan membawa bekal, saya worry free soal makan apa saat lunch break nanti. Selain itu, kualitas makanan lebih terjamin karena saya sendiri yang memasaknya. Tentunya lebih hemat dong!
Tetapi, ada kalanya saya memilih jajan dan makan di luar kantor. Biasanya kalau bahan makanan habis dan tidak sempat beli, pulang malam sehingga capek, atau emang niat mau lunch di luar kantor.
Saat masih kerja di stasiun TV, saya selalu kerja shift pagi. Kalau dijemput driver pukul 04.00 pagi, saya bangun pukul 03.00 pagi dan mulai memasak. Berangkat bareng suami, bangunnya pukul 04.00 pagi supaya bisa berangkat pukul 05.00 pagi.
Saya biasanya masak dulu, baru mandi. Soalnya, hawa panas kompor gas itu bikin melek, hehehe. Saya setting waktu memasak 15-30 menit supaya tidak terlambat.
Saya sudah menyiapkan bahan-bahan masakan sejak malam. Menanak nasi juga saya lakukan malam hari, sekitar pukul 20.30-21.00 dan rice cooker on terus hingga pagi hari.
Apa yang saya masak dan siapkan sebagai bekal makan siang? Saya nggak jago-jago amat memasak. Masih level beginner dan serba instant. Kalau ada bumbu instant, ngapain ngulek? Begitu prinsip saya, hehehe.
Menu paling mudah adalah telor dadar dengan nugget atau sosis, nasi goreng, atau pasta dengan saus bolognese siap saji. Kalau rajin, saya masak sayur toge-tahu, tumis buncis-jamur, atau tumis sawi bawang putih. Kadang telur dimasak balado dengan sosis atau kentang.
Protein hewani? Ummm.. saya belum berani mengolah ayam atau daging. Hahaha. Kebetulan saya dan suami picky eaters sehingga nggak perlu repot.
As simple as that, saya nggak ambisius menyajikan makanan yang sehat dan bebas MSG. Aduh, itu ntar aja deh. Yang penting saya bisa membekali suami dan diri sendiri untuk makan siang.
Buat sarapan, yes, saya sarapan tidak di rumah supaya menghemat waktu. Sarapan ya dimakan di kantor. Kalau suami, saya bekali roti sedangkan saya prefer apel. Meskipun kadang sarapan lontong padang, bubur ayam, atau gorengan sungguh menggoda iman.
So, why not memulai membawa bekal ke kantor? Triknya, siapkan bahan-bahan sejak malam dan bangun lebih pagi. Pilih menu makanan yang praktis dan tidak memakan banyak waktu untuk persiapan dan memasak.
Bekal hari ini: nasi merah, tumis sawi bawang putih, sosis, dan nugget |
pernah denger juga kalau beras merah itu lebih banyak kandungan gizinya daripada beras putih, Entah itu bener atau enggak juga enggak tau saya. Hehehe..
ReplyDeleteSalam kenal mbak, Mampir ke Blogku ya :-)
Mbk kl misalnya,bekal makan kita ga dimakan suami,dia malah makan diluar gmn perasaan mbk,ini prh saya alami lho,trs triknya gmn
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete