The Greatest Showman

Posting blog perdana tahun ini. Saya ingin mengapresiasi film musikal The Greatest Showman yang ditonton pada 1 Januari 2018. Film ini terinspirasi dari kisah hidup Phineas Taylor Barnum (P.T. Barnum), pengusaha legendaris di bidang hiburan dari Connecticut, Amerika Serikat.

Saya tidak memiliki ekspektasi apapun dari The Greatest Showman, baca sinopsis dan nonton trailer pun tidak. Selama film itu dibintangi Hugh Jackman, saya usahakan menontonnya. Saya penasaran bagaimana pemeran Logan ini bernyanyi sambil menari, jauh dari kesan macho yang selama ini digambarkan pada film-filmnya.

Jangan lupa, Jackman pernah mengolah vokal pada film Les Miserable, film yang mengantarkan Anne Hathaway meraih Piala Oscar sebagai Best Supporting Actress pada 2013. Tentu Jackman tidak akan kesulitan kembali bernyanyi untuk film yang juga dibintangi oleh Zac Efron dan Zendaya. 

(Baca: 5 Hal Inspiratif dari Film Hidden Figures) 

Film ini layak mendapat tempat di hati generasi zaman now karena wajah tampan Efron dan eksotisme Zendaya. Siapa yang kangen menonton Efron bernyanyi seperti masa High School Musical? Jujur, saya sempat nonton High School Musical 1-3 dan senang melihat Efron kembali bernyanyi dan menari riang, meninggalkan image cowok manis Troy Bolton.

Zendaya juga keren banget berperan sebagai seorang akrobatik trapeze. Kabarnya, dia melakukan adegan trapeze tanpa bantuan stunt. Jujur, saya nggak tahu kiprah Zendaya di dunia hiburan Hollywood meskipun masuk berita Buzzfeed dan diundang ke acara awarding.

Nggak ketinggalan Michelle Williams dengan kecantikan klasiknya turut menyumbangkan suara pada The Greatest Showman. Namun, yang nggak kalah mencuri perhatian adalah Rebecca Ferguson yang memerankan Jenny Lind, penyanyi opera yang dijuluki The Swedish Nightingale. 

(Baca: Review The Intern)

Tentu ingat kan, bagaimana Ferguson tampil badass pada film Mission Impossible: Rogue Nation? Udah cantik banget, jago bela diri lagi. Makanya saya amazed ketika melihat Ferguson tampil di The Greatest Showman, definitely a scene stealer.

Lagu-lagu dan adegan musikal The Greatest Showman mengingatkan saya pada serial televisi favorit Glee. Mungkin film ini bukan favorit semua orang tetapi buat yang suka film musikal dan tari-tarian, wajib menonton The Greatest Showman.

Menurut saya, film The Greatest Showman menampilkan jatuh-bangun seseorang dalam berbisnis dan meraih impiannya. Sayangnya, P.T. Barnum digambarkan bukan orang yang sepenuhnya "lurus" melainkan (agak) menghalalkan segala cara untuk diterima dan dipandang oleh kaum sosialita.

Mengutip quote Will Smith, "Too many people spend money they haven't earned, to buy things they can't afford, with money they don't have, to impress people that they don't like," kurang lebih saya mendeskripsikan pesan moral yang disampaikan oleh The Greatest Showman.

Seringkali kita berambisi or trying too hard untuk meraih popularitas atau acceptance di lingkungan melalui kesuksesan dan kekayaan. Keluarga menjadi tersisihkan karena terlalu sibuk mengejar ambisi dan kepuasan diri. Sibuk bekerja keras demi tas branded, lunch di fancy restaurant, atau berlibur di lokasi Instagenic.

Padahal, tanpa disadari kita telah memiliki sesuatu yang paling berharga dibandingkan dengan apapun, yaitu cinta kasih keluarga. Jangan sampai kehilangan harta yang paling berharga ini (mengutip Keluarga Cemara) because you don't know what you've got 'til it's gone.

Selain itu, kita juga bisa belajar leadership skill yang dimiliki P.T. Barnum. Namun, agak riskan jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari karena Barnum terlalu nekad dalam berbisnis, hehehe.

Jangan lupa, The Greatest Showman menghadirkan soundtrack yang sangat easy listening, diaransemen kekinian, dan jauh dari kata "membosankan'. Coba dengarkan lagu "The Greatest Show", "Come Alive", "Never Enough", "This is Me', dan "Rewrite the Stars". Semuanya enak didengarkan.

"You don’t need the whole world to love you. Just a few good people," - Charity Barnum
Image source from here.