Selama saya mencari informasi tentang traveling di Korea, saya tidak menemukan satu pun artikel berbahasa Indonesia yang membahas tentang penipuan turis (tourist scam) di Korea. Sepertinya Korea sama amannya dengan Jepang, begitu saya membatin.
Berbeda dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara, salah satunya Thailand yang terkenal dengan tourist scam berupa atraksi di Patpong Night Market, supir tuk-tuk yang mark up argo, atau sesi foto berbayar dengan penjual kelapa muda. Tampaknya Korea sangat tourist friendly dengan belum adanya traveler Indonesia yang curhat tentang scam di sana.
Awalnya, saya tidak menyadari apa yang saya alami termasuk tourist scam di Korea. Saya baru mengetahui belakangan setelah kembali ke Tanah Air dan menceritakan pengalaman saya kepada seorang teman yang pernah menimba ilmu di Seoul.
Ada kejanggalan dari kejadian yang saya alami dan teman saya menyimpulkan bahwa saya hampir terkena tourist scam ketika di Seoul. Berikut dua modus tourist scam yang saya alami:
1. Ajakan upacara bakar surat
Dua perempuan Korea mendadak menghampiri saya saat saya sedang berjalan keluar dari Lotte World Mall. Mereka mendekati saya sambil menyapa dan memberikan pertanyaan standar kepada turis. Mereka sangat ramah dan fasih berbahasa Inggris. Saya menyambut baik obrolan mereka, hitung-hitung praktik bahasa Inggris.
Mereka mengaku sebagai volunter Korean culture dan menjelaskan tentang ceremony bakar surat kepada orang tersayang, seperti salah satu adegan serial drama Goblin yang tentu saja saya nggak tahu.
Dua perempuan ini langsung mengajak saya untuk ikut ceremony tersebut saat itu juga. Lokasi ceremony hanya 15 menit naik subway bahkan mereka bersedia membawa tas belanjaan saya. Saya menolak karena sudah ada agenda lain. Mereka tidak memaksa ketika saya pamit dan melanjutkan perjalanan ke stasiun.
2. Menanyakan alamat atau arah jalan
Saat baru keluar stasiun Hongik University (Hongdae), ada cowok Korea mengajak saya ngomong dalam bahasa Korea. Saya bilang, "English, please!", dia pun berganti bahasa dan menanyakan lokasi toko karena nggak berasal dari sini. Saya bilang bahwa saya juga turis dan nggak bisa bantu dia.
Tiba-tiba, ada seorang perempuan nimbrung yang ternyata adalah teman cowok ini. Obrolan khas warga lokal dan turis kembali terjadi. Kemudian, mereka menyebut soal pengenalan Korean culture. Loh kok sebut-sebut Korean culture lagi kayak cewek-cewek tempo hari?
Saya pun menjadi nggak antusias dan segera mengakhiri obrolan di tengah padatnya Hongdae. Saya bilang mau menyusuri Hongdae dan belanja tanpa memedulikan respon mereka. Saya segera jalan cepat-cepat dan berbaur di tengah keramaian.
Detik itu juga saya merasa ada keanehan, mengapa bisa berjumpa native Korean yang membahas tentang Korean culture hingga dua kali di dua kawasan berbeda?
***
Usut punya usut, dua modus ini kerap dilancarkan oleh pengikut cult atau sekte/aliran sesat di Korea. Banyak sekte atau aliran sesat berkembang luas di Korea dan gencar merekrut anggota.Mengutip artikel dari Korea Times, dua modus yang saya alami merupakan praktik dari street approach yang dilakukan anggota sekte. Selain undangan ajakan mengikuti traditional ceremony dan menanyakan alamat, street approach ini bisa berupa ajakan mengikuti survey atau permintaan donasi.
Tujuannya nggak melulu merekrut anggota baru tetapi juga mencari donasi alias ujung-ujungnya minta duit berkedok donasi. Biasanya pemalakan ini terjadi jika turis terlanjur kena bujuk rayu dan mengikuti ajakan/kegiatan mereka. Ada turis asing yang pernah kena palak hingga KRW50.000 atau lebih dari Rp500 ribu.
Saya bersyukur sekali tidak terkena jebakan mereka meskipun awalnya tidak berpikir aneh-aneh atas keramahan para native Korean ini. Sepertinya mereka memang mengincar turis asing yang tampak sendirian. Soalnya, teman adik saya yang traveling ke Korea bersama teman-temannya tidak mengalami tourist scam ini.
Intinya, selalu mawas diri dan fokus di manapun berada. Jika ada orang asing yang mengajak ngobrol atau menawarkan sesuatu, tolak atau abaikan saja. Namun, jika ingin masih bersikap sopan, tetap fokus apabila mereka mengajak pergi ke suatu tempat.
Ngeri juga, mungkin krn wina pas ke korea sendiri ya. Di jepang biasanya tuh ada orang filipina yang suka minta duit juga, ngakunya buat gereja entah bener atau tidak tapi sukanya maksa. Biasanya aku kalau solo trip, triknya pura-pura bego malah sok pura2 ngak bisa bahasa inggris krn biasanya mereka males kalau yang ngak bisa diajak komunikasi.
ReplyDeleteWaaah mbaaa, baru tau juga kalo korea ada scam seperti ini. Tujuannya utk sekte sesat pula. Ngeriii. Pas aku ke korea thn lalu, ga nemu yg aneh2 sih. Apa mungkin krn aku pergi rame2 ama keluarga yaaa. Jd mereka ga berani deketin :) . Untuk yg pergi sendiri, cewe pula, memang hrs super hati2
ReplyDeleteWha ngeri juga ya mbak, puji Tuhan mbak Wina selamat tanpa kurnag suatu apapun ya. Tapi memang benar mbak, Korea nggak seramah yang kita lihat di drama korea 😂 walau saya sendiri blom pernah pergi tapi banyak teman syaa yang sudah pergi bilang begitu, masalah sekte sesat mengingatkan saya akan drama Save Me yang katanya diadaptasi dari kisah nyata 😠serem mbak kl udah kena sekte begituan
ReplyDeleteWahh ngeri juga ya mba, di negara ky Korea aj amsh byk sekte yg bebas bergerak gitu, bikin turis ga nyaman ya mba, apalagi cewe backpacker sendirian
ReplyDeleteWah, menarik ini materi blog nya. Menurutmu Indonesia pernah ada isu scam juga ngga mbak? Aku banyak teman-teman yang suka berkunjung ke Indonesia, semoga bisa di share ke mereka.
ReplyDeleteKok ngeri gitu ya. Inspiratif nih buat cerita pendek.
ReplyDelete